Tuesday, 13 December 2016

CERITA PARA NABI (6-10)

No automatic alt text available.
Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang Iraq). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung. Nabi Ibrahim a.s. dihadapkan pada suatu kaum yang rosak, yang dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Sejak kecil Nabi Ibrahim a.s. selalu tertarik memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia menyimpulkan bahawa keajaiban-keajaiban tersebut pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha Kuasa. Semakin beranjak dewasa, Nabi Ibrahim a.s. mulai bergaul dengan masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap patung-patung. Nabi Ibrahim a.s. yang telah berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi berhala, memohon kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihatkan kemampuan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah untuk mempertebal iman dan keyakinannya. Allah SWT memenuhi permintaannya. Atas petunjuk Allah SWT, empat ekor burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta disatukan. Kemudian tubuh burung-burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk memanggil burung-burung tersebut. Atas kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur itu kembali hidup. Hilanglah segenap keragu-raguan hati Ibrahim a.s. tentang kebesaran Allah SWT. Nabi Ibrahim  a.s. menghancurkan berhala kaum Babylonia.

Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim AS adalah Azar, ayahnya sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki kepercayaan baru menyembah Allah SWT. Nabi Ibrahim a.s. pun diusir dari rumah. Nabi Ibrahim a.s. merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama berhari-hari. Nabi Ibrahim a.s. lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan merosak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh Nabi Ibrahim a.s., di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak. 

MUKJIZAT ALLAH SWT - API MENJADI DINGIN

Akibat perbuatannya ini, Nabi Ibrahim a.s. ditangkap dan diadili. Namun ia menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahawa berhala tidak mungkin dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim a.s. mengemukakan pemikirannya yang berisi dakwah menyembah Allah SWT. Hakim memutuskan Nabi Ibrahim a.s. harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat itulah mukjizat dari Allah SWT turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Nabi Ibrahim a.s. pun selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Nabi Ibrahim a.s., namun mereka merasa takut pada penguasa. Langkah dakwah Nabi Ibrahim a.s. benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki tangannya. Kerana melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit, Nabi Ibrahim a.s. meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di Palestin. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim a.s. 

Nabi Ibrahim a.s. yang saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di tempat ini baginda berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestin. 

NABI IBRAHIM A.S. MENIKAHI SITI HAJAR

Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Nabi Ibrahim a.s. dan Sarah tak kunjung dikurniai seorang anak. Untuk memperoleh keturunan, Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi Siti Hajar, pembantu mereka. Dari pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi. Ketika Nabi Ibrahim a.s. berusia 90 tahun, datang perintah Allah SWT agar ia mengkhatankan dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13 tahun, dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dijalankan Nabi Ibrahim AS dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT juga memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk memperbaiki Ka'abah (Baitullah). Saat itu bangunan Ka'abah sebagai rumah suci sudah berdiri di Mekah. Bangunan ini diperbaikinya bersama Ismail. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 127. Nabi Ibrahim a.s. adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israel. Keturunannya banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat dikatakan bahwa usia Nabi Ibrahim a.s. mencapai 175 tahun. 

Nota: Kisah Nabi Ibrahim a.s. terangkum dalam Al Qur'an, diantaranya surat Maryam: 41-48, Al-Anbiyâ: 51-72, dan Al-An'âm: 74-83.
No automatic alt text available.
NABI IBRAHIM A.S. MENGASINGKAN HAJAR DAN ANAKNYA

Dengan kelahiran bayi Ismail, Siti Sarah, isteri pertama Nabi Ibrahim a.s., berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Siti Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari Allah SWT, Nabi Ibrahim a.s. memenuhi kehendak isterinya. Ia kemudian memindahkan Siti Hajar dan bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuah bangunan suci yang kemudian dikenal sebagai Ka'abah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat itu kerana harus kembali ke Palestin untuk menemui Siti Sarah. Dalam perjalanan pulang itu Nabi Ibrahim a.s. tak henti-hentinya memanjatkan doa memohon keselamatan bagi isteri dan putra yang ditinggalkannya. 

MUKJIZAT AIR ZAM-ZAM

Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Siti Hajar bersusah payah mencari air. Atas pertolongan Allah SWT melalui malaikat Jibril a.s., tiba-tiba di dekat Nabi Ismail a.s. muncul sebuah mata air yang bening. Mata air itulah yang dikenal sebagai sumur Zam-Zam dan masih ada hingga saat ini. Nabi Ismail a.s. yang sudah beranjak remaja sangat menggembirakan hati Nabi Ibrahim a.s., namun kegembiraan itu tiba-tiba pudar kerana perintah Allah SWT lewat mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu disembelih. Mula-mula Nabi Ibrahim a.s. sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai orang yang soleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tersbut dan kemudian menyampaikan berita itu kepada puteranya. Tanpa ragu, Nabi Ismail a.s. meminta ayahnya untuk melaksanakan perintah itu. Pada akhirnya, ketika hal tersebut dilaksanakan, Allah SWT mengganti Nabi Ismail a.s. dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun dengan anjuran menyembelih haiwan korban pada hari Aidil Adha. Nabi Ismail a.s. menikah dengan seorang anak pendatang baru di kawasan sumur Zam-Zam. Anak itu berasal dari suku Jurhum. Ia kemudian menjadi penjaga sumur Zam-Zam yang semakin hari semakin ramai dikunjungi orang. Menurut riwayat, Nabi Ismail a.s. meninggal dalam usia 137 tahun. 

Nota: Kisah Nabi Ismail a.s. yang tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim a.s. diceritakan di Al Qur'an dalam 30 ayat yang tersebar dalam 5 surat, diantaranya adalah surat Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah: 124-129.
No automatic alt text available.
Nabi Luth a.s. adalah anak saudara Nabi Ibrahim a.s. Ketika Nabi Ibrahim a.s. berhijrah dari kota Harran menuju Palestin bersama isteri dan para pengikutnya, Luth bin Harun ikut bersama mereka. Nabi Ibrahim a.s. bersama Luth kemudian menuju Mesir di saat musibah kelaparan melanda Palestin. Setelah musibah itu mereda, mereka kembali dari Mesir dengan membawa ternak yang diberikan raja Mesir kepada mereka. Berhubung padang rumput yang ada tidak mencukupi bagi ternak yang banyak itu, maka sering timbul pertikaian antara gembala-gembala Ibrahim dan gembala-gembala Luth.

Untuk mengatasi pertikaian ini, Nabi Ibrahim a.s. kemudian menawarkan kepada Luth memilih tempat lain untuk menggembalakan ternaknya. Luth memilih Yordania, di mana di sana terdapat dua kota, iaitu Sodom dan Gomorrah, dan Luth menetap di kota Sodom. Moral penduduk kota Sodom luar biasa rusaknya. Mereka melakukan berbagai kejahatan, seperti merompak, berzina, dan yang paling parah dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun di antara anak-anak Adam, mereka memuaskan nafsu seksual dengan sesama jenis. Nabi Luth a.s. berdakwah untuk memerangi kezaliman itu. Namun ia tidak berhasil, bahkan isterinya termasuk orang yang melakukan penyimpangan kaumnya itu. Kebiadaban kaum Nabi Luth a.s. digambarkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabût: 28-29. 

BEBERAPA MALAIKAT MENUJU KOTA SODOM

Nabi Luth a.s. kemudian berdoa kepada Allah SWT agar kaumnya diberi azab. Menurut Nabi Luth a.s., itulah satu-satunya cara untuk membasmi umatnya agar akhlak yang rosak itu tidak menyebar ke umat-umat di wilayah lain, disamping sebagai pelajaran bagi umat di sekelilingnya. Doa Nabi Luth a.s. terkabul. Beberapa malaikat datang ke rumah Nabi Ibrahim a.s. sebagai tamu yang menyamar dalam bentuk pemuda-pemuda. Mereka memberitakan pada Nabi Ibrahim a.s. bahwa mereka akan membinasakan penduduk Kota Sodom disebabkan pembangkangan mereka terhadap Nabi Luth a.s. dan perbuatan-perbuatan keji mereka. Nabi Ibrahim a.s. sangat terkejut mendengar berita ini, kerana di sana terdapat putera saudaranya, iaitu Nabi Luth a.s. Namun para malaikat itu mengatakan, "Kami tahu bahawa di sana terdapat Nabi Luth a.s., dan bahawa kebinasaan tidak terjadi kecuali atas orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah. Adapun Nabi Luth a.s. dan keluarganya serta para pengikutnya, mereka itu pasti akan selamat, kecuali isterinya yang akan ditimpa siksaan seperti orang-orang kafir, dan kedudukannya sebagai isteri Nabi Luth a.s. tidak bisa menyelamatkannya, kerana buruk perbuatannya disamping ia mengkhianati suaminya serta terus membangkang dan berada dalam kekafiran". 

Nota: Kisah kedatangan para malaikat kepada Ibrahim AS ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabût: 30-32. 

MALAIKAT BERTAMU DI RUMAH NABI LUTH A.S.

Para malaikat itu meninggalkan Nabi Ibrahim a.s. dan pergi ke kota Sodom. Mereka datang ke rumah Nabi Nabi Luth a.s.  yang tidak mengetahui siapa sebenarnya para tamunya yang berwajah tampan itu. Hati Nabi Luth a.s. sangat cemas, kerana ia khuatir tamu-tamunya itu akan diperkosa oleh kaumnya.

Tersebar berita di antara kaum Nabi Luth a.s. tentang kedatangan tamu-tamu yang tampan di rumah Nabi Luth a.s., maka segeralah mereka datang ke sana dengan maksud berbuat maksiat. Untuk melindungi para tamunya, Nabi Luth a.s. AS berusaha membujuk mereka dengan menawarkan puteri-puterinya untuk dinikahi dengan syarat mereka tidak mengganggu tamu-tamunya. Namun kaum Nabi Luth a.s. tetap berkeras melaksanakan niat mereka. Ketika mereka tetap pada pendiriannya, maka malaikat-malaikat itu membutakan mata mereka hingga gagallah upaya mereka dalam keadaan terhina. Para malaikat itu pun akhirnya mengungkapkan kepada Nabi Luth a.s. tentang siapa mereka sebenarnya dan memberitahunya bahawa mereka datang untuk membinasakan kaumnya setelah membutakan mata mereka hingga mereka tak dapat menyelamatkan diri.

Adapun untuk Nabi Luth a.s. AS dan pengikutnya, para malaikat memerintahkan mereka untuk meninggalkan desanya di malam hari, kerana azab Allah akan diturunkan di waktu subuh. Dan janganlah seorang pun di antara mereka menoleh ke belakang agar tidak melihat siksaan yang akan terjadi. Kisah kedatangan para malaikat ke rumah Nabi Luth a.s. dan perbuatan kaum Nabi Luth a.s. diceritakan dalam Al-Qur'an surat Hûd: 77-81, Al-Ankabût: 33-34, dan Al-Qamar: 37. Azab Allah terhadap kaum Nabi Luth a.s. 

Di waktu subuh, turunlah azab yang amat dahsyat berupa bencana alam yang sangat mengerikan. Tanah desa tempat tinggal kaum Nabi Luth a.s. menjadi rendah dan turunlah hujan batu dari tanah keras menimpa mereka secara berturut-turut hingga mereka binasa. Hanya Nabi Nabi Luth a.s. AS dan kedua putrinya, serta para pengikutnya yang beriman, yang selamat dari bencana tersebut. Siksa Allah telah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim dan fasik. Daerah yang ditimpa siksaan atas kaum Nabi Nabi Luth a.s. adalah daerah yang kita kenal sekarang sebagai Laut Mati atau Danau Luth.

Nota: Kisah azab terhadap kaum Nabi Nabi Luth a.s. AS terdapat dalam surat Al Anbiyâ: 74-75, Hûd: 82-83, dan Al-Qamar: 33-38.
No automatic alt text available.
Nabi Ishaq a.s adalah salah satu putra Nabi Ibrahim a.s. dari isterinya yang bernama Siti Sarah. Ishaq adalah kata dalam bahasa Ibrani yang bererti tertawa. Dalam Al Qur'an dikisahkan bahwa Siti Sarah tertawa ketika mendapat keterangan bahwa dirinya akan memperoleh seorang anak laki-laki, sementara usianya sudah sangat lanjut, iaitu 90 tahun. Tatkala Nabi Ibrahim a.s. merasa ajalnya hampir tiba, Ishaq belum menikah. Nabi Ibrahim a.s. tidak ingin menikahkan ia dengan wanita Kana'an yang tidak mengenal Allah dan asing di dalam keluarganya. Oleh sebab itu ia menugaskan seorang pelayan agar pergi ke Harran, Iraq dan membawa seorang perempuan dari keluarganya. Perempuan itu adalah Rafqah binti Batuwael bin Nahur. Nahur adalah saudara Nabi Ibrahim a.s., sehingga Rafqah adalah puteri saudara Nabi Ibrahim a.s.. Perempuan itu kemudian dinikahkan dengan Nabi Ishaq a.s.. Setelah 20 tahun menikah, Nabi Ishaq a.s. dikurnia 2 anak kembar, yang pertama diberi nama Al-Aish, yang kedua keluar dengan memegang kaki saudaranya sehingga ia diberi nama Ya'qub. Nabi Ishaq a.s. meninggal dalam usia 180 tahun dan dimakamkan di gua tempat ayahnya, Nabi Ibrahim a.s., dimakamkan, iaitu di kota Al-Khalil. 

Nota: Kisah Nabi Ishaq a.s. terdapat di Al Qur'an dalam surat Hûd: 69-74, Maryam: 49, dan As-Saffât: 112-113.
No automatic alt text available.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Nabi Yaakob a.s. adalah putera Nabi Ishak a.s., dan ia memiliki saudara kembar bernama Aish. Ayahnya lebih menyayangi Aish saudaranya kerana ia lahir lebih dulu, sedang ibunya lebih menyayanginya kerana ia lebih kecil. Ketika usianya sudah sangat lanjut, Nabi Ishak a.s. tak dapat melihat lagi. Ia sering dilayani oleh Aish yang pandai berburu dan sering mendapatkan kijang. Sedang Nabi Yaakob a.s.  sangat pendiam dan lebih senang berada di rumah mempelajari ilmu-ilmu agama. 

PERSELISIHAN NABI YAAKOB A.S. DENGAN SAUDARANYA

Suatu hari, Nabi Ishak a.s. menginginkan suatu makanan, ia meminta Aish untuk mengambilkannya. Namun atas suruhan ibunya, Nabi Yaakob a.s. lah yang lebih dulu mengambilkan makanan itu untuknya. Setelah Ya'qub melayaninya, Nabi Ishak a.s. lalu mendoakannya, "Mudah-mudahan engkau menurunkan nabi-nabi dan raja-raja." Doa nabi adalah doa yang mustajab, dan memang kita ketahui dalam sejarah bahwa keturunan Nabi Yaakob a.s. kelak akan melahirkan banyak para nabi dan raja. Aish yang mengetahui bahwa saudaranya telah mendapat doa yang baik dari ayahnya menjadi iri. Ia pun marah dan bahkan mengancam akan membunuh Nabi Yaakob a.s. supaya keturunannya tidak ada yang menjadi nabi dan raja.

Mengetahui hal ini, Rafqah kemudian menyuruh Nabi Yaakob a.s. agar berpindah ke tempat bapa saudaranyanya, Laban bin Batwil, di kota Harran, Irak. Dalam perjalanan ke rumah bapa saudaranya, Nabi Yaakob a.s. tidak berani berjalan di siang hari kerana takut akan ditemukan dan disiksa oleh saudaranya. Ia hanya berani berjalan di malam hari, sedang bila tiba waktu siang ia beristirahat. Oleh sebab itulah ia juga dikenal dengan nama Israil, yang artinya berjalan di malam hari. Kelak keturunannya pun dikenal dengan nama Bani Israil. Keturunan Nabi Yaakob a.s. 

Laban memiliki dua orang puteri, yang pertama bernama Leah, dan yang kedua bernama Rahel. Sebenarnya Nabi Yaakob a.s. ingin menikah dengan Rahel, kerana ia lebih cantik. Akan tetapi Laban mengatakan bahawa bukanlah kebiasaan mereka menikahkan yang kecil sebelum yang besar. Jika Nabi Yaakob a.s. ingin menikahi Rahel maka ia harus menikahi Leah lebih dahulu, kemudian bekerja selama 7 tahun kepada Laban agar dapat meminang Rahel. Saat itu hukum menikahi dua gadis sekandung diperbolehkan. Kepada masing-masing puterinya, Laban memberi seorang hamba perempuan. Kepada Leah ia memberikan hamba perempuan bernama Zulfa, dan kepada Rahel ia memberikan hamba perempuan bernama Balhah. Leah dan Rahel kemudian memberikan hamba mereka untuk diperisteri pula oleh Nabi Yaakob a.s., sehingga isteri Nabi Yaakob a.s. menjadi 4 orang. Daripada keempat isterinya ini Nabi Yaakob a.s. memperoleh 12 orang anak lelaki.

Leah (Isteri Pertama) 
  • Ruben
  • Syam'un
  • Lewi
  • Yahuda
  • Yasakir 
  • Zabulon

Rahel (Isteri Kedua) 
  • Yusuf 
  • Bunyamin


Balhah (Isteri Ketiga) 
  • Daan
  • Naftali


Zulfa (Isteri Keempat) 
  • Jaad
  • Asyir


Putera-putera Nabi Yaakob a.s. inilah nenek moyang Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath, yang bererti cucu-cucu. “Sibith” dalam bangsa Yahudi adalah seperti “suku” dalam bangsa Arab, dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal daripada satu bapak. Masing-masing anak Nabi Yaakob a.s. kemudian menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal daripada putera-putera Nabi Yaakob a.s. yang berjumlah 12 orang. Dalam sibith-sibith ini kelak diturunkan para nabi, antara lain:

Sibith Lewi - Nabi Musa a.s., Nabi Harun a.s., dan Ilyas s.a.

Sibith Yahuda - Nabi Daud a.s., Nabi Sulaiman a.s., Nabi Zakariaa a.s., Nabi Yahya a.s. dan Nabi Iisa a.s.

Sibith Bunyamin - Nabi Yunus a.s.

Setelah lewat 20 tahun Nabi Yaakob a.s. tinggal bersama pamannya, ia pun meminta izin untuk kembali kepada keluarganya di Kana'an. Saat ia hampir tiba di Kana'an, ia mengetahui bahwa Aish saudaranya telah bersiap menemuinya dengan 400 orang, sehingga Nabi Yaakob a.s. merasa takut dan mendoakannya serta menyiapkan hadiah besar bagi saudaranya itu yang dikirimkan melalui orang-orang utusannya. Lunaklah hati Aish mendapat hadiah pemberian saudaranya. Kemudian ditinggalkannya negeri Kana'an bagi saudaranya lalu ia pergi ke Gunung Sa'ir. Sedangkan Nabi Yaakob a.s. pergi kepada ayahnya Nabi Ishak a.s.Ishaq dan tinggal bersamanya di kota Hebron yang dikenal dengan nama Al-Khalil. 

Nota: Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Yaakob a.s. secara tersendiri tidak ditemui, namun namanya disebut dalam kaitannya dengan nabi-nabi lain, diantaranya Nabi Ibrahim a.s. (datuknya) dan Nabi Yusuf a.s. (puteranya).


No comments:

Post a Comment